RASULULLAH juga mengungkapkan dalam hal ini, tentang gunung Uhud, dengan sabdanya: “Uhud adalah gunung yang mencintai kami dan kamipun mencintainya.” (HR. Bukhari, Tirmidzi, Ahmad, dan Thabrani).
Manusia dalam peradaban Barat mengalami konflik dengan sesama manusia, yaitu konflik yang memunyai bentuk yang berbeda-beda. Suatu saat konflik itu terjadi antar individu untuk memperebutkan kepentingan individu masing-masing. Apalagi peradaban ini membuka peluang bagi dominasi karakter individualisme dan filsafat pragmatisme, sehingga muncul pameo bahwa manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Pada saat lain, konflik ini terjadi antar kelas dan kelompok sosial khususnya yang diakibatkan oleh agitasi masing-masing kelompok demi kepentingan dirinya. Sedangkan keburukan dan kehinaan milik kelompok lain.
Implikasi dari paham ini adalah sikap rakus, tamak dan serakah manusia dalam memenuhi tuntutan dan keinginannya. Paham bahwa alam harus ‘ditaklukkan’ juga telah merasuk pada komunitas akademisi dan mereka yang aktif dalam dunia sains. Dengan berbekal logika dan akal yang dangkal, mereka sulit menerima bila setiap ada bencana alam dan musibah yang menimpa manusia selalu dikaitkan dengan campur tangan Allah. Yang mereka tempuh justru berfikir dan berfikir untuk menciptakan teknologi terbaru agar semua musibah dan bencana itu bisa ditaklukkan dan ditundukkan. Tidak pernah sedikitpun merenung dan memohon kepada Allah – sebagai pemilik dan penguasa mutlak atas alam semesta ini – agar musibah itu dihilangkan dan ditukar dengan nikmat. Barangkali tabi’at konflik yang merupakan pilar dari peradaban barat ini telah masuk ke dalam otak sebagian mereka
5. Sikap Superioritas Atas Bangsa Lain.
Rasa lebih tinggi atau superioritas Barat atas bangsa yang lainnya adalah satu sifat lain bagi peradaban Barat. Sikap superioritas ini begitu mendalam merasuk dalam mentalitas Barat. Mereka berkeyakinan memunyai ras yang lebih unggul daripada bangsa lain dan lebih biru darahnya. Mereka diciptakan – menurut anggapan mereka sendiri – untuk memimpin dan menguasai bangsa lain. Sedangkan bangsa lain dicipta untuk mengabdi kepada kepada mereka. Inilah watak dasar yang ikut mewarnai peradaban Barat. Oleh karenanya muncul teori di kalangan mereka yang disebut Racial superiority, yaitu bahwa manusia tidak sama.
lmplikasi paham ini dapat kita lihat bagaimana status sosial dan kehormatan seseorang tidak lagi berdasarkan akhlak dan kemuliaan, melainkan pada kedudukan dan materi yang disandang. Seseorang memuliakan orang lain tidak lagi karena keluhuran budi pekerti dan keagungan akhlaknya, melainkan karena tingginya kedudukan seseorang dan kecukupan materi yang bersamanya.
Inilah barangkali beragam fenomena akhir zaman yang hari ini sedemikian nyata terlihat dan menjelma pada banyak komunitas umat Islam. Wallahu a’lam bish shawab. [Sumber: Akhir Zaman/Dari: 100 Hadits Tentang Nubuat Akhir Zaman/Abdur Rahman Al-Wasithi/Az-Zahra Mediatama/Hal. 18-26]
Sumber : islampost.com
0 komentar:
Posting Komentar